Awal yang Sulit: Saat Hidup Seakan Menyerah
Siapa sangka pasangan suami istri Syahroni dan Tri Sundari pernah mengalami masa-masa di mana makan satu centong nasi pun terasa sangat berharga? Mereka pernah berada dalam kondisi yang begitu sulit—bahkan sempat merasa tidak berguna dan ingin menyerah. Sebagai sarjana, mereka tak menyangka perjuangan hidup bisa begitu berat.
Tinggal di kontrakan yang dibayari teman, dengan anak dua yang masih kecil, mereka bahkan harus menggadaikan cincin terakhir milik sang istri demi membeli beras dan lauk sederhana. Namun, justru dari momen penuh air mata itulah titik balik kehidupan mereka dimulai.
Mimpi yang Tak Pernah Padam: Ingin Berangkat Haji Sebelum Usia 40
Di tengah kesulitan, mereka tetap memegang teguh satu cita-cita: berangkat haji sebelum usia 40 tahun. Mimpi itu tertulis rapi dalam daftar impian mereka. Dan siapa sangka? Di tahun 2022, di usia 34 tahun, mereka berhasil mewujudkannya. Uang ada, waktu tersedia, dan visa pun didapatkan. “Itu adalah anugerah terbesar dari Allah,” ujar Syahroni dengan mata berbinar.
Merintis dari Nol: Gerobak Pinjaman dan Resep Trial-Error
Usaha ayam goreng crispy De Fresto dimulai dari Pontianak dengan satu gerobak pinjaman. Tanpa modal, mereka memberanikan diri bertanya kepada pemilik sebuah gerobak bekas—dan ternyata dipinjamkan secara cuma-cuma. Itulah gerobak pertama mereka.
Tri Sundari, sang istri yang jago masak, meracik resep demi resep. Ayam goreng yang mereka jual lahir dari proses trial and error, termasuk uji rasa ke tetangga satu gang, sambil terus memperbaiki berdasarkan masukan. Semuanya dicatat dengan teliti, karena latar belakang mereka di bidang laboratorium membuat mereka terbiasa bekerja sistematis.
Bukan Sekadar Jualan: Tapi Memberi Jalan Hidup Orang Lain
Seiring waktu, De Fresto bukan hanya soal ayam goreng. Misi mereka berkembang menjadi gerakan sosial—membantu orang lain agar bisa punya usaha sendiri. Syahroni dan istri sepakat bahwa keberhasilan mereka bukan hanya soal profit, tapi juga soal berbagi peluang kepada para pencari kerja.
Dari mantan karyawan pabrik hingga pedagang kaki lima, banyak yang kini menjadi Mitra De Fresto dan mengalami perubahan hidup. Bahkan, ada yang dalam 1–2 tahun bisa membeli rumah dan mobil secara tunai.
Momen Keemasan: Ketika Pandemi Menjadi Loncatan
Tahun 2020 menjadi titik percepatan luar biasa. Di tengah badai pandemi dan gelombang PHK, De Fresto menjadi solusi bagi ribuan orang. Dari hanya 200 gerobak sebelum COVID, dalam setahun jumlah itu melonjak drastis menjadi 850 gerobak.
Menariknya, pertumbuhan De Fresto nyaris tanpa promosi digital besar-besaran. Semuanya berkembang lewat rekomendasi dari mulut ke mulut, dari pelanggan setia yang akhirnya menjadi mitra usaha.
Nilai-Nilai yang Membuat De Fresto Bertahan dan Tumbuh
Tanpa Pinjaman Perbankan: Mereka membangun bisnis ini secara organik. Semua keuntungan disimpan dan diputar kembali untuk pengembangan usaha.
Catat Setiap Resep: Meski hanya menambah garam, semuanya ditimbang dan dicatat—agar rasa tetap konsisten.
Niat yang Lurus: Dulu mengejar profit, gagal. Ketika niat membantu orang lain, barulah rezeki mengalir deras.
Terbuka terhadap Masukan: Konsumen adalah guru terbaik. Setiap kritik menjadi bahan perbaikan demi kualitas terbaik.
Berapa Modal untuk Menjadi Mitra De Fresto?
- Untuk menjadi mitra, biayanya cukup terjangkau:
- Jabodetabek & Jawa Tengah: Mulai dari Rp5 juta (sudah termasuk gerobak & perlengkapan).
- Jawa Timur: Tersedia program spesial seharga Rp5,5 juta.
- Wilayah Sumatera dan lainnya: Menyesuaikan.
Dengan modal itu, siapa pun bisa memulai bisnis sendiri dan punya potensi berkembang seperti ratusan mitra lainnya.
Penutup: Ketika Hidup Memberi Kesempatan Kedua
Kisah Syahroni dan Tri Sundari adalah bukti bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan awal dari kebangkitan. Ketika dijalani dengan niat baik dan keinginan untuk berbagi, usaha sekecil apapun bisa menjadi berkah besar bagi banyak orang.
Kini, De Fresto telah memiliki lebih dari 2.200 gerobak yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Siapa sangka semua berawal dari satu gerobak pinjaman, secentong nasi, dan satu cincin yang digadaikan?