Awal Mula yang Tak Terduga
Bermula dari sebuah keisengan, usaha telur asin milik Aji kini menjelma menjadi bisnis yang menjanjikan. Berlokasi di Perum Subur Makmur, Jalan Muria No. 10, Ngingo, Jaten, usaha ini awalnya tidak dirancang secara serius. Bahkan, modal awal yang digunakan bukan dari pinjaman bank atau investor, melainkan dari uang mahar pernikahan yang diberikan oleh istrinya.
Dulu hanya bisa produksi 100 butir per hari, itu pun belum tentu tiap hari. Tapi sekarang, alhamdulillah bisa tembus 1.500 sampai 2.000 butir per hari,” ujar Aji dengan bangga.
Belajar dari Nol: Dari YouTube hingga Eksperimen Sendiri
Aji bukanlah lulusan peternakan atau ahli pangan. Semua ia pelajari secara otodidak—mulai dari menonton YouTube hingga mencoba berbagai teknik pengasinan secara langsung. Ia sempat mengikuti metode tradisional seperti menepuk telur satu per satu dan merendamnya dalam air garam. Namun kini, ia menggunakan metode celup dengan adonan garam dan bubuk bata yang lebih efisien.
Dari Peternakan ke Rumah Produksi
Untuk memastikan pasokan telur bebek tetap stabil, Aji bahkan mengembangkan peternakan sendiri. Ia menggunakan metode penetasan mandiri dan kini telah berhasil menetaskan sekitar 100–200 ekor bebek. Produksi telur dari kandang bisa mencapai 500–600 butir per hari.
“Seekor bebek bisa bertelur setiap hari, tergantung performanya. Tapi kalau cuaca buruk, biasanya produksi menurun,” jelas Aji.
Telur yang sudah dipanen akan langsung dibawa ke rumah produksi. Di sana, telur-telur dibersihkan menggunakan mesin otomatis yang didatangkan dari Jawa Timur. Mesin ini mampu mencuci hingga 1.000 butir per jam, sangat membantu dibandingkan metode manual yang memakan waktu lebih lama.
Proses Pengasinan yang Unik
Setelah dibersihkan, telur-telur masuk ke proses pengasinan. Media yang digunakan adalah campuran garam dan bubuk bata merah dengan perbandingan 1:1. Telur kemudian dicelupkan satu per satu dan disimpan dalam ember untuk difermentasi selama 8 hingga 9 hari.
“Pernah coba pakai tepung juga, tapi sejauh ini bubuk bata masih jadi pilihan terbaik karena hasilnya lebih merata dan tahan lama,” kata sang istri yang ikut mengelola proses produksi.
Strategi Pemasaran dan Perkembangan Usaha
Di awal usaha, Aji memasarkan telur asinnya di pasar pagi dengan menyewa meja kecil. Bahkan saat itu, ia masih mengandalkan telur dari supplier lain karena produksinya sendiri belum mencukupi. Kini, ia sudah punya jaringan reseller dan juga menitipkan produknya ke berbagai warung.
Permintaan tertinggi biasanya terjadi saat momen Lebaran atau Sekaten, di mana produksinya bisa melonjak drastis hingga ribuan butir per hari.
Respon Masyarakat dan Harapan ke Depan
Masyarakat sekitar menyambut positif usaha telur asin ini. Selain sebagai alternatif lauk harian, produk Aji juga sering dijadikan oleh-oleh khas lokal.
“Alhamdulillah, sekarang usaha ini bisa jadi solusi warga sekitar. Mereka tidak perlu jauh-jauh cari oleh-oleh, cukup ke rumah produksi kami,” tuturnya.